Sugeng Rawuh--Selamat Datang--Wellcome--Ahlan Wasahlan--Sugeng Rawuh--Selamat Datang--Wellcome--Ahlan Wasahlan--

Sugeng Rawuh--Selamat Datang--Wellcome--Ahlan Wasahlan--Sugeng Rawuh--Selamat Datang--Wellcome--Ahlan Wasahlan--

Sugeng Rawuh--Selamat Datang--Wellcome--Ahlan Wasahlan--Sugeng Rawuh--Selamat Datang--Wellcome--Ahlan --

Sugeng Rawuh--Selamat Datang--Wellcome--Ahlan Wasahlan--Sugeng Rawuh--Selamat Datang--Wellcome--Ahlan Wasallan--

Di Brebes, Satu Keluarga Tinggal di Kandang Kambing 8 Tahun

SUNGGUH tragis, akibat kemiskinan satu keluarga di Kabupaten Brebes Jawa Tengah tidur di kandang kambing hingga delapan tahun terakhir. Kandang kambing yang terletak di RT 1 RW 4 Kelurahan Kaligangsa Kulon, Kecamatan Brebes, Kabupaten Brebes itu, tak hanya dihuni oleh kambing semata. Di dalamnya juga terdapat satu keluarga yang menjadikannya sebagai rumah tinggal.

Karno (50) bersama istrinya Warisah (35) dan ketiga anaknya yang harus berbagai ruangan dengan delapan ekor kambing di ruang sempit ukuran sekira 3 x 6 meter. Rumah milik Karno ini, kondisinya jauh dari layak. Selain hanya berdidinding anyaman bambu, tempat itu juga tidak memiliki sarana penerangan listrik. Praktis keluarga ini hanya mengandalkan lampu ceplik untuk memberi penerangan di malam hari. Kondisi akan semakin merenyuhkan, saat cuaca sedang tidak bersahabat. Selain atap yang pada bocor, mereka juga susah berlindung dari sengatan hawa dingin yang menerpa.

Karno dan keluarganya, menghabiskan hari-harinya di tempat ini sejak dua tahun terakhir. Sebelumnya, satu keluarga ini juga tinggal di tempat serupa di tanah lepe-lepe desa setempat hingga enam tahun lamanya. ’’Mau bagaimana lagi? kami terpaksa tidur dan tinggal di sini karena tidak punya banyak pilihan," ujar Karno sambil tersenyum saat ditemui Senin (11/10).

Dia merasa, tinggal di kandang kambing itu sudah lebih beruntung. Sebab, dia tidak memilki tanah maupun harta yang melimpah. Dengan kebaikan sang majikan dia bisa merawat kambing-kambing majikan serta tinggal di kandangnya. ’’Pa Rosid (majikannya, Red) yang memberi izin tinggal karena saya sudah merawat kambing-kambingnya," ujarnya.

Selain mendapat fasilitas tinggal, sang majikan juga memberikan bagian hasil dari budi daya ternak. Setiap harinya, Karno bekerja mencari rumput dan merawat kambing-kambing miliki sang majikan. Kelak, jika sudah beranak pinak ataupun laku dijual, Karno akan mendapat hasil bagian setengahnya dari majikan. ’’Kalau kambingnya lahiran atau dijual saya dapat bagian setengahnya. Saya angon kambing ini pakai sistem paroan," lanjutnya.

Setiap paginya, Warisah disibukkan dengan dapurnya yang bopeng. Mengandalkan, kertas usang dan kayu bakar seadanya, ia mulai membuat perapian. Hari itu, beruntung masih ada beras sehingga tidak lagi makan nasi aking. Beras sekitar seperempat panci itupun mulai diaduk dan siap direbus di atas tungku terbuat dari batu bata. Sesekali mata Warisah dibuat berair dan mulutnya meniup-niup perapian hingga terus menyala. Keluarga yang tinggal satu kandang dengan kambing ini tidak memiliki peralatan dapur layak, apalagi jenis tabung gas.

Sementara suaminya, Karno tengah memberesi delapan ekor kambing majikannya. Dia berharap, kelak mendapat hasil paroan dari jerih payah keringatnya. Dia masih punya mimpi membuatkan rumah untuk istri dan ketiga anaknya agar tidak lagi tidur bersama kambing.
Ketiga anaknya, Ali Sayrif (21) yang pembarep telah siap bekerja di sebuah industri pembuatan kerupuk tidak jauh dari rumahnya. Hasil dari kerjanya, didedikasikan untuk membantu meringankan ekonomi keluarga, termasuk untuk membiayai adik bontotnya menamatkan pendidikan dasar. Setidaknya, Nur Kayah (14) yang masih duduk di kelas 4 SD itu bisa bernasib lebih baik dari dirinya dan Ahmad Dakhori (16) -anak kedua- yang tidak sempat lulus SD. Dakhori hanya bisa membantu bapaknya mencari rumput.

Nur Kayah putrid bontot Karno berangkat ke sekolah. Sangunya paling banyak Rp 1500 per hari. Sepulang dari sekolah, dia biasa mengais bawang merah sisa hasil panen petani sekitar. Selain untuk bumbu masak ibunya, jika mendapat banyak, bawang merah bisa dijual laku Rp 5000 yang digunakan untuk uang jajannya. “Kalau pulang sekolah, biasanya guris bawang untuk Bantu-bantu orang tua,” kata Nur Kayah.

Selalu begitu hari-hari yang dijalani keluarga berumah kandang kambing ini. Getirnya hidup yang dirasakan seolah tidak terasa. Semua dijalani tanpa galau dan apa adanya.
Warga RT 1 RW 4 Kelurahan Kaligangsa Kulon Kecamatan Brebes Kabupaten Brebes itu, telah akrab bergelut dengan kondisi serba kekurangan sandang, pangan wabil khusus kurang papan. Tidak ada listrik, atap bocor, dingin dan cerita miris lainnya seolah bukan persoalan lagi. Barangkali sudah delapan tahun tidur di kandang kambing banyak memberikan hikmah. (ismail fuad)
Share on Google Plus

About admine

    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Posting Komentar