Sugeng Rawuh--Selamat Datang--Wellcome--Ahlan Wasahlan--Sugeng Rawuh--Selamat Datang--Wellcome--Ahlan Wasahlan--

Sugeng Rawuh--Selamat Datang--Wellcome--Ahlan Wasahlan--Sugeng Rawuh--Selamat Datang--Wellcome--Ahlan Wasahlan--

Sugeng Rawuh--Selamat Datang--Wellcome--Ahlan Wasahlan--Sugeng Rawuh--Selamat Datang--Wellcome--Ahlan --

Sugeng Rawuh--Selamat Datang--Wellcome--Ahlan Wasahlan--Sugeng Rawuh--Selamat Datang--Wellcome--Ahlan Wasallan--

Mudik, Jakarta-Boyolali Genjot Sepeda

DEMI bersilaturrahmi dengan keluarganya, Paiman (44) melakukan perjalanan mudik seorang diri dengan menggunakan sepeda ontel dari Jakarta menuju Boyolali Jawa Tengah. Pria yang berprofesi sebagai petugas security di Perumahan Kompleks Graha Indah Bekasi Selatan ini hendak menuju kampung halamannya di Desa Karanggatak Kecamatan Klego Boyolali.
"Meski sudah Lebaran, saya akan tetap mudik demi menemui ibu dan saudara-saudara saya. Saya baru mudik karena ada pekerjaan yang tidak bisa ditinggalkan," kata Paiman ketika ditemui Radar saat istirahat di sebuah SPBU di Bulakamba, Sabtu (18/9).
Paiman mengaku, berangkat dari tempat tinggalnya pada Jumat (17/9) pagi. Dia berharap agar sampai di tempat tujuan pada Minggu (19/9) malam. Selama perjalanan, menurutnya, belum ada kendala di jalan. Hanya saja, sudah berkali-kali istirahat dan sempat bermalam di sebuah SPBU di Kabupaten Cirebon. "Kemarin menginap di Cirebon karena capai dan banyak kendaraan yang melaju kencang sehingga memilih menunda perjalanan," katanya.

Menurutnya, mudik dengan menggunakan sepeda onthel baru pertama kali dilakoninya. Selain untuk berolahraga, katanya, juga untuk mencari pengalaman yang baru. "Saya sudah 15 tahun di Jakarta, pulang setahun sekali menggunakan bus. Tapi untuk tahun ini saya ingin mencari tantangan baru dengan naik sepeda," tutur duda beranak satu ini.
Saking ingin mewujudkan harapannya itu, Paiman bahkan mengaku membeli sepeda baru lengkap dengan segala peralatan dan persediaan suku cadang sebagai persiapan. Uniknya, sepeda gunung yang digenjotnya bukan barang pabrikan. Melainkan dia rakit sendiri. "Saya belinya bertahap kemudian dirakit agar hasilnya memuaskan dan lebih aman menggunakannya," kata dia.
Selain itu, Paiman juga rela merogoh kocek lebih banyak dengan menggunakan sepeda dibanding bus. "Jika dihitung-hitung, pengeluarannya jelas lebih banyak naik sepeda. Kalau bus biasanya cuma Rp 80 ribu, tapi sekarang bisa mencapai Rp 200 ribu. Tapi saya ingin mencari pengalaman, karena orang bilang pengalaman adalah guru yang terbaik," tutur Paiman.
Paiman, juga mengaku tak pamrih untuk bersilaturrahmi dengan ibunda tercinta dan juga sahabat-sahabat kecil di kampung halamannya, meskipun beban berat menghadang. Pastinya, dia akan mengayuh pedal sepeda hingga jutaan kali untuk menempuh jarak sepanjang ratusan kilometer. (ismail fuad)
Share on Google Plus

About admine

    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Posting Komentar